Membangun Legacy dengan Menulis
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” – Pramoedya Ananta Toer
Dulu saya bergabung dengan grup WA para ibu yang ingin belajar menulis di kelas bunda produktif Ibu Profesional. Saat sedang sesi perkenalan, salah satu member bilang ke saya “Mbak, saya sering lho baca tulisan mbak di IDN TIMES.”
Wah, nggak nyangka ketemu pembaca tulisan saya. Rasanya senang dan bangga, ternyata tulisan saya ada yang baca, hehe. Dulu sebelum punya blog sendiri, saya suka menulis di IDN TIMES. Selain bisa menyalurkan hobi dan pengetahuan, bisa dapat cuan juga, lumayan buat jajan.
Di era teknologi seperti sekarang, media untuk menulis semakin beragam, mulai dari buku, blog, dan platform media daring. Jika belum bisa menulis buku sendiri, bisa nulis ramai-ramai jadi buku antologi. Kalau ingin menulis suka-suka bisa membuat blog sendiri. Media daring pun sudah banyak yang menerima tulisan dari umum seperti IDN TIMES, kompasiana, dan kumparan.
Semakin menekuni dunia menulis, saya menyadari ternyata banyak manfaat menulis. Seperti quote dari Pramoedya Ananta Toer di atas, menulis itu membuat kita ada di masyarakat dan sejarah, meskipun bukan pahlawan. Selama tulisan kita beredar dan bisa dibaca orang, maka jejak kita masih ada. Tak hanya itu, masih banyak manfaat lain dari menulis. Berikut beberapa manfaat menulis:
Berbagi Pengetahuan
Terdengar klise, bukan? Bagi orang seperti saya yang tidak berkarir sesuai jurusan kuliah, menulis adalah salah satu jalan agar ilmu yang saya punya bisa bermanfaat bagi orang lain.
Saya lulusan kesehatan, tapi saya berbelok, tidak berkarir di dunia kesehatan, setidaknya untuk saat ini. Banyak yang menyayangkan. Katanya sayang ilmunya. Bagi saya menerapkan ilmu tidak harus terjun praktik menjadi klinisi. Saya masih bisa memanfaatkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan menuangkannya dalam tulisan untuk mengedukasi pembaca.
Begitu juga teman-teman, jika punya ilmu atau keahlian yang bisa di-share, tuliskan saja dan biarkan pembaca menemukan tulisanmu.
Mengekspresikan Diri Alias Curcol
Menurut psikolog, menulis dapat menjaga kesehatan mental. Menulis jurnal harian untuk mengekspresikan perasaan bisa membantu mengatasi tekanan dan stres yang dirasakan.
Salah satu penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa yang mempunyai gangguan kecemasan, lalu diminta untuk menulis jurnal sebanyak tiga kali seminggu selama 2 minggu, mengalami perbaikan dan gejala depresinya berkurang.
Saya sendiri suka mengambil pengalaman atau tragedi hidup sebagai inspirasi, kemudian saya balut menjadi sebuah artikel. Selain itu, saya juga mulai menulis perjalanan ke tempat baru atau liburan ke tempat wisata, mengingat sebenarnya blog ini mau saya fokuskan sebagai blog family travel tapi sekarang malah kurang traveling. Hiks.
Menambah Koneksi dan Opportunity
Semenjak menjadi blogger dan bergabung di beberapa komunitas menulis, makin banyak teman dan koneksi yang saya punya. Walaupun nggak akrab layaknya bestie, tapi saya cukup senang bertemu dengan orang baru yang menginspirasi. Banyak insight dan wawasan baru yang saya dapat.
Tak jarang ada kelas atau sharing bermanfaat dari member di komunitas, dari yang gratis hingga berbayar. Kalaupun berbayar, biasanya bisa dapat diskon komunitas. September lalu, saya ikut workshop SEO dari dailySEO, alhamdulillah dapat diskon dari komunitas ISB.
Dari komunitas tersebut juga saya mengetahui beberapa informasi tentang berbagai peluang menulis. Entah lowongan content writer, lomba blog, lomba menulis artikel, dan semacamnya. Belum lama ini, saya diterima menjadi part time medical writer di salah satu brand produk kesehatan. Lowongannya saya ketahui dari salah satu grup menulis yang saya ikuti.
Membangun Legacy dengan Menulis
Legacy secara bahasa berarti warisan atau peninggalan. Bukan hanya harta dan tahta yang bisa diwariskan. Kalau tak punya keduanya, kita bisa meninggalkan tulisan. Banyak penulis yang sudah wafat tapi karyanya masih banyak beredar dan terdengar. Sebut saja Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, dan Marga T, karyanya akan selalu dikenang walau jasad beliau sudah qdikebumikan.
Tak masalah jika tak seterkenal beliau, yang penting tetap menulis. Katanya setiap tulisan akan menemukan pembacanya. Jadi tetaplah menulis.
Bagi saya legacy tulisan tersebut juga bisa menjadi portofolio. Bagi content writer, portofolio itu penting, menunjukkan kualitas tulisan dan sebagai penentu harga “jual diri”. Demi membangun legacy tersebut, saya mulai dari menulis tanpa dibayar, dibayar 4 ribu rupiah, hingga bisa sampai ratusan ribu, bahkan pernah 100 dolar untuk satu tulisan.
Namun, rasanya akan cepat lelah kalau menulis hanya demi mengejar cuan. Nggak salah, sih, nulis demi mencari rezeki, toh menulis memang salah satu pembuka rezeki. Tapi, tetaplah menulis walau nggak dibayar. Yuk membangun legacy dengan menulis.
Comments
Post a Comment